Langsung ke konten utama

Unggulan

Sampah. Siapa Yang Sampah ?

Pada kenyataannya, sampah di negara-negara maju dan sebagian negara berkembang adalah industri. Lalu mengapa di Indonesia sampah menjadi momok permasalahan lingkungan yang tidak pernah hilang dari daftar perbaikan di instansi dan lembaga pemerintahan bahkan di NGO yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Komsumsi plastik di Indonesia tidak sebanyak negara-negara berkembang lainnya, namun Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik terbesar ke-2 di dunia. Artinya pengolahan sampah plastik di Indonesia yang sangat minim. Bahkan hanya beberapa provinsi yang meregulasi sampah plastik secara khusus. Keterbatasan pengolahan sampah di Indonesia adalah karena sampah-sampah yang dihasilkan masih mengandung sampah. Kebiasaan membuang sampah masyarakat masih jauh dari kata Cerdas. Di negara-negara maju edukasi cara membuang sampah sudah di terapkan sejak dini. Artinya peran pendidikan sangat penting dalam hal ini. Bahkan hal sederhana seperti membedakan sampah organik

Eco No My (Ekologi Bukan Milikku)



ECO NO MY
(Ekologi Bukan Milikku)

            Seiring dengan semakin tuanya usia bumi, perkambangan ekonomi pun semakin meningkat. Negara-negara industri saling bersaing menunjukkan kekuatan ekonomi mereka masing-masing. Mungkin, prinsip ekonomi klasik masih tersisa dalam cara berfikir mereka. Bagaimana tidak, perkembangan industri mereka tidak memperhitungkan nilai-nilai ekologi yang mereka rusak bahkan dimusnahkan.
             Mungkin tidak salah ketika saya mengungkapkan sebuah teori bahwa “Ekonomi mengalahkan Ekologi dalam pembangunan”. Masih sangat jarang ada kebijakan tentang melibatkan ahli-ahli ekologi dan lingkungan dalam pembangunan. Buktinya, saat ini masih banyak industri-industri yang memiliki AMDAL, namun masih melakukan aktifitas pembuangan limbah yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dan memberi dampak buruk pada lingkungan. Apakah AMDAL tersebut hanya sekedar pelengkap dokumen untuk memperoleh izin usaha ? (Tanya si ANU). Sisi lemah dalam pelaksanaan peraturan perundangan lingkungan hidup yang menonjol adalah penegakan hukum. Pesatnya pembangunan nasional yang dilaksanakan yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak diimbangi dengan ketaatan aturan oleh pelaku pembangunan atau sering mengabaikan landasan aturan yang mestinya sebagai pegangan untuk dipedomani dalam melaksanakan dan mengelola usaha dan atau kegiatannya, khususnya menyangkut bidang sosial dan lingkungan hidup, sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan.
            Kerusakan hutan di Indonesia adalah sekian dari krisis ekologi yang disebabkan oleh orientasi pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan atau sama sekali tidak sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals [SDGs]) yang selalu digadang-gadang oleh PBB. Strategi pembangunan yang mengedepankan ekologi dan sosial masih di tanggapi dengan sikap pesimistis oleh sebagian pemerintah. Pasalnya, dunia saat ini berada dalam cengkeraman global kapitalisme yang justru menempakan ekonomi sebagai yang utama.

Mengerikan jika kita harus melawan pemerintah kita sendiri untuk menyelamatkan lingkungan
Ansel Adams, Fotografer dari Amerika Serikat (1902-1984)

            Negara-negara ujuk gigi dalam memamerkan kekuatan ekonomi mereka dengan mengeksploitasi sumber daya alam di wilayah mereka tanpa mempertimbangkan kondisi-kondisi ekologi lingkungan sekitar. Dalam pengelolaan lingkungan hidup pandangan kita bersifat antroposentris, yaitu melihat permasalahannya dari sudut kepentingan manusia. Walaupun tumbuhan, hewan dan unsur tak hidup diperhatikan, namun perhatian itu secara eksplisit atau implisit dihubungkan dengan kepentingan manusia.
            Muara dari semua masalah lingkungan adalah pembangunan yang dilakukan tanpa memperhatikan faktor keseimbangan lingkungan yang pada gilirannya akan merusak lingkungan hidup. Pembangunan kawasan pemukiman, industri atau perkebunan seringkali mengabaikan kelestarian lingkungan hidup dan hanya mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi semata (Ekonomi mengalahkan Ekologi). Sebagai akibatnya, terjadi kerusakan lingkungan yang memicu terjadinya bencana. Lebih lanjut, kesalahan pengelolaan lingkungan paling tidak dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti tingkat pendidikan, masalah ekonomi, pola hidup, kelemahan sistem peraturan perundangan dan lemahnya pengawasan terhadap pengelolaan lingkungan.
            Krisis sosio-ekologi yang terjadi di Indonesia adalah akibat dari pembangunan yang masih bertumpu pada cara berfikir ekonomi klasik yang menjadikan alam sebagai target sasaran untuk dieksploitasi sedangkan paradigma pembangunan yang berdimensi ekosentrik dimana hubungan antara subjek dan objek pembangunan bersifat berkelajutan masih belum diterapkan sepenuhnya meskipun dalih pembangunan berkelanjutan sudah menggema namun masih pada tataran retorika semata.

Bumi memiliki kulit dan kulit yang memiliki penyakit, salah satu penyakit yang disebut manusia"
Friedrich Nietzsche, Filsuf (1844-1900)

            Lalu kapan kesadaran kita akan pentingnya ekologi dan lingkungan akan timbul ? Karena solusi dari semua permasalahan di atas adalah kesadaran bahwa kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita, namun  kita hanya meminjamnya dari anak-anak kita.

LALU KAPAN ?

“Hanya ketika pohon terakhir telah mati dan sungai terakhir telah teracuni dan ikan terakhir telah tertangkap akan kah kita menyadari bahwa kita tidak bisa makan uang”

Komentar

Postingan Populer